Saat menatap dalam matanya…. Seperti melihat bagian diriku yang terdalam. Lembut menyentuh tangannya mengingatkanku akan kiprah dan gemulai kedua belah tangannya yang pernah menyentuhku dengan kasih sayang… dimatanya aku tau betapa sepi hidupnya saat ini, diakhir senja mengurai cerita cinta yang tak lagi muda.
“Neina…. Kau harus kawin jo datuak Mali jo inyo kau kok lai ka sanang inyo urang tapandang jo barado pulo lai, kau bini patamo dek inyo nak…..” (Neina… kamu harus menikah dengan datuak Mali karena dengan dia hidup kamu pasti akan senang karena dia orang terpandang dan berada, lagi pula kamu istri pertamanya) itulah kata-kata yang keluar dari nenek buyudku lebih kurang 48 tahun yang silam.
Saat itu usia nenek masih 17 tahun, dalam silsila keluarga nenek buyudku kami berdarah keturunan Minang dan Belanda, hingga perawakan nenek dan keluarga besar kami memang sedikit berbeda dari keturunan pribumi asli Minang tempat nenek dilahirkan. Nenekku yang dilahirkan dengan darah keturunan Minang Belanda terlahir dengan bentuk dan rupa yang sangat cantik jelita. Hingga siapa saja yang melihat nenek di usia remajanya ingin sekali tuk mempersunting nenek menjadi istrinya, nah pria yang beruntung itu adalah datuak Mali, seorang pedagang sapi kalau di Minang dengan sebutan Toke Jawi. Read the rest of this entry »
Recent Comments